struktur novel ronggeng dukuh paruk
Padabagian ini, terdapat pendeskripsian tentang Ronggeng, Dukuh paruk, Srintil, dan Rasus. Sudut pandang yang digunakan dalam bagian ini masih sudut pandang orang ketiga serba tahu. Alur pada bagian ini juga bergerak mundur guna menceritakan tentang malapetaka yang terjadi pada Dukuh paruk sehingga kita dapat mengetahui masalah yang sebenarnya terjadi.
Langkahawal dalam penelitian ini adalah memahami dan mempelajari isi dari novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. Selanjutnya novel Ronggeng Dukuh Paruk didekati dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan strukturalisme dan pendekatan semiotik. Pendekatan strukturalisme menghasilkan insur intrinsik yang berupa tema, alur, latar, dan penokohan.
RonggengDukuh Paruk adalah sebuah novel yang menceritakan kehidupan seorang ronggeng yang bernama Srintil. Dalam stile juga terdapat beberapa unsur seperti, leksikal, struktur kalimat, retorika, dan penggunaan kohesi. Berikut penjabaran tentang unsur-unsur tersebut menurut Nurgiyantoro (2009: 290-309). 1) Leksikal.
aimsto elaborate ideological structure produced by Ahmad Tohari's novel entitled Ronggeng Dukuh Paruk using the historical materialism theory by Terry Eagleton. This theory looks at the production of ideology from relations between external constituents, internal constituenst (ideological text), and history.
Sulistyo Eko. 2014. "Novel Pulang karya Leila C. Chudori: Analisis Struktur Alur Robert Stanton". Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Suwarmo. 2013. "Kajian Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari dan Novel Sinden Karya Purwadmadi Admadipurwa: Pendekatan Intertekstual dan Nilai Pendidikan". Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Künstliche Befruchtung Als Single In Deutschland. - Novel Ronggeng Dukuh Paruk ditulis Ahmad Tohari dan diadaptasi dua kali dalam film layar lebar di Indonesia. Ronggeng Dukuh Paruk RDP adalah satu judul dari trilogi novel karya Ahmad Tohari. Dua judul lainnya adalah Lintang Kemukus Dini Hari dan Jantera Bianglala. Mulanya, Koran Kompas mempublikasikan cerita dalam novel RDP sebagai cerita bersambung. Novel RDP memuat cerita kehidupan dan adat kebiasaan masyarakat di Dukuh Paruk. Dukuh ini terletak pada sebuah wilayah di Jawa dengan kondisi memprihatinkan Terbelakang dan melarat. Penduduknya memelihara kebodohan dan rasa malas. Kemudian PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, menerbitkan novel RDP untuk kali pertama di tahun 1982. Sampai dengan Februari 1999, novel ini sudah masuk ke cetakan ke 5. Lalu, mengutip situs Ensiklopedia Kemdikbud, triloginya disatukan menjadi satu buku dengan judul Ronggeng Dukuh Paruk pada tahun 2003 dan November 2011. Novel RDP juga diterbitkan dalam edisi bahasa Jepang di tahun 1986. Di samping itu, banyak pula penulisan skripsi yang mengambil novel RDP sebagai objek penelitian. Di kancah perfilman, RDP diangkat dua kali sebagai tema film. Film pertama berjudul Darah dan Mahkota Ronggeng yang disutradarai Yazman Yazid. Film yang rilis tahun 1983 itu dibintangi Ray Sahetapy dan Enny Beatrice. Film adaptasi novel RDP selanjutnya berjudul Sang Penari yang dirilis 1983. Film yang dibintangi Prisia Nasution dan Oka Antara ini bahkan meraih 10 nominasi pada Festival Film Indonesia 2011. Di bawah arahan sutradara Ifa Isfansyah, film Sang Penari memboyong empat Piala Citra untuk penghargaan Ronggeng Dukuh Paruk Dikutip dari laman Journal Universitas Pakuan, novel RDP menceritakan kembalinya Srinthil ke Dukuh Paruk. Srinthil adalah bocah berusia 11 tahun yang berprofesi sebagai ronggeng. Dia dianggap keturunan Ki Secamenggala yang diyakini dapat mengembalikan citra pedukuhan. Masyarakat setempat meyakini kehadiran Srinthil menjadi pelengkap. Mereka meyakini kelengkapan dukuh terdiri dari keramat Ki Secamenggala, seloroh cabul, sumpah serapah, dan ronggeng bersama perangkat calungnya. Srinthil adalah anak yatim piatu. Kedua orang tuanya meninggal bersama 16 penduduk lain yang mengalami keracunan tempe bongkrek. Kedua orang tua Srinthil merupakan pembuat tempe itu. Srinthil yang kala itu masih bayi, lalu dirawat kakek-neneknya. Kakeknya meyakini Srinthil sudah kerasukan indang ronggeng dan dilahirkan sebagai ronggeng dengan restu arwah Ki Secamenggala. Karena anggapan seperti itulah, Srinthil digembleng menjadi ronggeng. Kartareja, sang dukun ronggeng, mengajak Srinthil mengikuti tahapan sebagai ronggeng sesungguhnya. Sebagai awalan, Srinthil mandi kembang di depan cungkup makam Ki Secamenggala. Tahapan lain yang dilalui Srinthil adalah buka kelambu. Dirinya tidak tidak bisa memungut bayaran saat berpentas jika belum melalui tahapan ini. Di lain sisi, ada Rasus yang keberatan jika Srinthil harus melalui semua syarat tersebut. Dia adalah teman main Srinthil sejak kecil. Rasus merasa sakit hati dan cemburu karena Srinthil menjadi ronggeng. Profesi ronggeng artinya Srinthil menjadi milik umum. Kegadisan Srinthil disayembarakan. Rasus makin marah saat dirinya yang berusia 14 tahun itu tidak bisa berbuat banyak pada gadis yang dicintainya. Hingga suatu hari, terjadi pertengkaran antara Dower dan Sulam di emper samping rumah Kertareja untuk memperebutkan keperawanan Srinthil. Rasus yang juga berada di sisi lain rumah tersebut, tidak bisa melakukan apa pun. Kartareja menyaratkan seringgit uang emas untuk nilai keperawanan Srinthil. Tapi, Srinthil mendadak muncul dari belakang rumah Kartareja dan mendatangi Rasus. Dia meminta Rasus untuk menggaulinya. Srinthil lebih suka kehilangan keperawanan karena Rasus, ketimbang dengan dua orang yang sedang memperebutkannya. Rasus mengiyakan permintaan Srinthil. Setelah itu, giliran Dower dan Sulam. Sementara Kartareja menikmati hasil menjadi mucikari berupa seringgit uang emas dari Sulam, lalu seekor kerbau dan dua keping perak dari Dower. Meski bisa mendapatkan keperawanan Srinthil, Rasus justru makin benci padanya karena pekerjaan ronggeng itu. Rasus pergi meninggalkan Dukuh Paruk dan meninggalkan sosok Srinthil sebagai bayang-bayang ibunya yang telah pergi entah ke mana. Srinthil sempat menawarkan dirinya pada Rasus untuk dinikahi. Namun, Rasus sudah yakin dengan keputusan untuk juga Sinopsis Novel Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer Novel Burung-burung Manyar & Nasionalisme Orang-orang Kalah - Pendidikan Kontributor Ilham Choirul AnwarPenulis Ilham Choirul AnwarEditor Aditya Widya Putri
75% found this document useful 4 votes15K views19 pagesOriginal TitleANALISIS NOVEL RONGGENG DUKUH © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?75% found this document useful 4 votes15K views19 pagesAnalisis Novel Ronggeng Dukuh ParukOriginal TitleANALISIS NOVEL RONGGENG DUKUH to Page You are on page 1of 19 You're Reading a Free Preview Pages 7 to 17 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
ArticlePDF Available AbstractPenelitian ini dilatarbelakangi pentingnya unsur budaya sebagai bagian dari kehidupan manusia yang diimplementasikan ke dalam novel. Penggambaran budaya tak hanya terlihat dalam kehidupan alamiah manusia semata, namun lebih dari itu unsur budaya juga ditanamkan melalui pembelajaran sastra khususnya ini menjadi unik karena sastra yang bersifat fiktif dapat menjadi perantara pencerminan nilai budaya setempat. Peristiwa budaya menjadi mitos bagi masyarakat pelakunya yang bermanfaat dalam kebaikan hidup. Rumusan masalah penelitian ini yakni representasi mitologis budaya apasajakah yang terdapat dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari? Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan representasi mitologis budaya dalam novel Ronggeng DukuhParuk karya Ahmad Tohari. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan jenis penelitian penelitian yaitu memaparkan data mitologis budaya yang berjumlah dua puluh enam data representasi isi novel yang berkaitan dengan budaya pelaku ronggeng. Unsur budaya ini tergambar melalui serangkaian alur cerita yang mengisahkan karakteristik tokoh novel. Pengakuan budaya ini tak dapat dipisahkan oleh masayarakat pelakunya sebagai kekuatan mistis kehidupan. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. 1. Ja nuari-Juni 2020 E_ISSN2339-2401/P_ISSN 2477-0221 18 Equilibrium Jurnal Pendidikan Representasi Mitologis Budaya dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari Hadi Rumadi1 1Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Riau Email hadirumadipbsi research is motivated as a part of human life which is implemented into the novel. The depiction of culture is not only seen in the natural life of humans, but more than that culture is not implanted through special literary learning. This is unique because fictitious literature can be a target of reflection of local cultural values. Cultural events become myths for the people who do it. This research problem formulation is a cultural mythological representation contained in the novel Ronggeng Dukuh Paruk by Ahmad Tohari? The purpose of this research is to describe the cultural mythological representation in the novel Ronggeng Dukuh Paruk by Ahmad Tohari. The method in this research is descriptive with the type of qualitative research. The results of the study are describing cultural mythological data that support twenty-six data representations of novel content related to the culture of ronggeng protest. This cultural element is illustrated through a story line that tells the characteristics of the novel characters. This cultural recognition cannot be avoided by the community as a mystical force of life. Keywords Representation, Mythological, Culture ini dilatarbelakangi pentingnya unsur budaya sebagai bagian dari kehidupan manusia yang diimplementasikan ke dalam novel. Penggambaran budaya tak hanya terlihat dalam kehidupan alamiah manusia semata, namun lebih dari itu unsur budaya juga ditanamkan melalui pembelajaran sastra khususnya ini menjadi unik karena sastra yang bersifat fiktif dapat menjadi perantara pencerminan nilai budaya setempat. Peristiwa budaya menjadi mitos bagi masyarakat pelakunya yang bermanfaat dalam kebaikan hidup. Rumusan masalah penelitian ini yakni representasi mitologis budaya apasajakah yang terdapat dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari? Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan representasi mitologis budaya dalam novel Ronggeng DukuhParuk karya Ahmad Tohari. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan jenis penelitian penelitian yaitu memaparkan data mitologis budaya yang berjumlah dua puluh enam data representasi isi novel yang berkaitan dengan budaya pelaku ronggeng. Unsur budaya ini tergambar melalui serangkaian alur cerita yang mengisahkan karakteristik tokoh novel. Pengakuan budaya ini tak dapat dipisahkan oleh masayarakat pelakunya sebagai kekuatan mistis kehidupan. Kata Kunci Representasi, Mitologis, Budaya PENDAHULUAN Sastra merupakan ungkapan ekspresi manusia berdasarkan pengalaman, ide-ide, dan perasaan pengarang yang dituangkan dalam bentuk bahasa tulis dan dikenal dengan sastra lisan dan sastra tulis. Keberadaan sastra lisan dan tulis ini dipengaruhi oleh perbedaan makna keduanya sesuai dengan fungsi dan implementasinya di lapangan. Berbicara mengenai sastra berarti berbicara tentang karya sastra sesuai dengan genrenya terbagi atas prosa, puisi, dan drama. Untuk bagian prosa maka ada prosa lama dan prosa baru. Novel adalah prosa baru yang sarat Prodi Pendidikan Sosiologi Sosiologi Equilibrium Jurnal Pendidikan Vol. VIII. Issu 1. Jan ua ri-Juni 2020 1. Ja nuari-Juni 2020 E_ISSN2339-2401/P_ISSN 2477-0221 19 Equilibrium Jurnal Pendidikan dengan nilai kehidupan yang bermanfaat bagi manusia pembacanya. Manfaat ini sebagai pembentukan perwatakan seseorang yang berkaitan dengan sifat batin manusia yang memengaruhi atau hal-hal yang berhubungan dengan watak seorang lisan di daerah Indonesia adalah bagian yang tidak terpisahkan dari khasanah nasional, karena kebudayaan daerah merupakan penunjang dalam perkembangan bahasa dan kebudayaan nasional. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa kebudayaan daerah aspek sastra sangat berperan penting dalam perkembangan bahasa dan kebudayaan nasional. Berbicara tentang kehidupan manusia berarti tidak lepas dari masalah sosial, budaya masyarakat dan sistem nilai yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan manusia senantiasa mempunyai suatu sistem nilai agar tiap tingkah laku anggota masyarakat dasarnya suatu sistem nilai adalah semacam jaringan yang terdiri sejumlah norma-norma atau kaidah-kaidah maupun seperangkat kelaziman yang melengkapi suatu masyarakat. Nilai merupakan sifat-sifat yang penting dan berguna bagi manusia karena selalu beorientasi pada kebenaran dan kesatuan dari norma-norma yang membentuk sistem nilai dan dalam kehidupan sehari-hari berwujud aturan yang harus dipatuhi setiap manusia yang hidup bermasyarakat. Jadi, tanpa adanya sistem nilai, masyarakat akan kehilangan arah dan tidak punya pandangan hidup yang teguh. Karya sastra memberikan manfaat yang luas terhadap pembacanya, yang indah dan menyenangkan dan satu manfaatnya karya sastra itu mengandung unsur nilai pendidikan, moral dan aspek budaya. Dari segi itulah merupakan wahana untuk meneruskan tradisi budaya bangsa dari generasi ke generasi sekarang dan akan datang. Bergesernya makna nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat antara lain terlihat pada perilaku kehidupan anggota-anggota masyarakat terutama diperkotaan. Masing-masing sibuk dengan urusannya sendiri, berpacu dalam waktu, berlomba dengan teman untuk mengejar karier dan masih banyak kesibukan yang dalam kehidupan selalu diinjak-injak demi mementingkan kepentingan satu penyebab bergeserkan nilai-nilai itu adalah dikarenakan masuk dan berkembangkan budaya asing yang dikenal dengan modernisasi melalui media cetak, dan media elektronik ditengah ini tentu tidak akan bisa dibiarkan berkembang lama karena akan mengelamkan budaya sendiri, oleh karena itu sebagai generasi penerus sebaiknya mengangkat kembali budaya-budaya itu sehingga budaya itu tetap ada dan terpelihara. Adapun rumusan masalah yang akan diulas oleh penulis adalah representasi mitologis budaya apasajakah yang terdapat dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari? Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan nilai budaya dalam novel Ronggeng DukuhParuk karya Ahmad Tohari. Penelitian relevan pertama dalam penelitian ini adalah jurnal dalam artikel berjudulNilai Budaya Jawa dalam Novel Trilogi Ronggeng Karya Ahmad Tohari oleh Nurpaisah, Martono, dan Sesilia Sessi dari Universitas Tanjung Pura Pontianak. Hasil penelitiannya mengemukakan bahwa nilai budaya dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk dapat dipahami dari latar cerita kebudayaan yang digunakan Ahmad Tohari untuk membangun kisah dalam novelnya. Itulah sebabnya diperlukan pemahamannya dalam menganalisis novel tersebut dengan memahami hal-hal yang terjadi dalam novel tersebut. Penelitian relevan kedua berjudul Kajian Ronggeng Dukuh Paruk Ahmad Tohari dan SindenKarya Putwadmadi Admadipurwa Universitas Sebelas Maret dalam novelnya membahas tentang unsur-unsur pembangun sebuah novel yaitu, tema, alur, penokohan, setting, dan point of struktur merupakan totalitas dari beberapa unsur yang saling berkaitan dan merupakan satu tersebut saling berhubungan timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi secara bersama membentuk suatu kesatuan yang utuh. Penelitian relevan yang ketiga adalah artikel berjudul Representasi Ronggeng dalam Tiga Novel Indonesia yang ditulis oleh Yulianetta yang dipublikasikan di jurnal bahasa dan sastra volume 14 Nomor 1 bulan April 2014. Isi artikel mengungkapkan bahwa hasil kajian ketiga novel beragam, meskipun ada kesamaan. Tetapi pengarang menggambarkan bahwa ronggeng sebagai hasil artefak kebudayaan. 1. Ja nuari-Juni 2020 E_ISSN2339-2401/P_ISSN 2477-0221 20 Equilibrium Jurnal Pendidikan Menurut Nurgiyantoro 201210, novel adalah sebuah karya prosa fiksi yang memiliki alur yang panjang menceritakan mengenai kehidupan pria dan wanita yang bersifat imajinatif. Seperti pada karya sastra yang lain, novel juga memiliki struktur yang terdiri dari tema, alur, tokoh dan penokohan perwatakan, latar, sudut pandang, dan Semua aspek tersebut saling terkait, namun pada penelitian ini latar serta penokohan perwatakan lebih diutamakan. Aminuddin 200267, mengemukakan bahwa latar dalam karya fiksi adalah gambaran tempat, waktu, maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi fisikal artinya latar menyebabkan cerita menjadi masuk akal atau logis, sedangkan latar psikologis artinya latar mampu menghadirkan makna tertentu sehingga dapat menyentuh emosi kejiwaan pembaca adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita, sehingga peristiwa tersebut dapat menjadi jalan cerita. Adapun penokohan perwatakan adalah cara pengarang menampilkan tokoh dalam cerita. Istilah tokoh menunjukkan pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai jawab terhadap pertanyaan “Siapakah tokoh utama novel itu?”, atau “Siapakah tokoh protagonis dan antagonis dalam novel itu?”, dan sebagainya Nurgiyantoro, 2012165.Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritanya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Bahkan pada novel-novel tertentu, tokoh utama senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam tiap halaman buku cerita yang bersangkutan. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta Buddhayah, yakni bentuk jamak dari Buddhiyang berarti budi atau itu ada pula yang berpendapat bahwa istilah budaya merupakan tuturan kata majemuk “budi daya” yang berarti “daya dan budi”. Sehingga dibedakan antara “budaya” yang berarti “daya dari budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa, dengan “kebudayaan” yang berarti hasil dari cipta, karsa dan rasa Koentjaraningrat, 2009146. Menurut Abdurrahman 201127 bahwa kebudayaan meliputi segala perbuatan manusia seperti cara ia menghayati dan membuat upacara untuk kematian, kelahiran, seksualitas, makanan, sopan santun, pakaian, kesenian, ilmu pengetahuan dan agama Menurut Poedjawijatna 1987134 kebudayaan adalah semua tindakan dan hasil karya yang dilakukan oleh manusia untuk memberikan arti kepadaalam sekitarnya serta juga memberikan bentuk baru kepada alam. Dengan kata lain kebudayaan tidak lain dari usaha dan hasil manusia mengatasi alam dengan daya pikiran. Kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Sedangkan kata “budaya” merupakan majemuk dari “budi daya” yang berarti “daya dari budi”.Jadi nilai-nilai kebudayaan adalah segala hal, yang merupakan hasil pemikiran, perilaku, serta pengalaman yang dijadikan sebagai pandangan tentang segala sesuatu. Berkaitan dengan mitos, Junus dalam Lubis, 2011187, Pemanfaatan mitologi dalam karya sastra berkaitan erat dengan kehidupan manusia dan hubungan antarmanusia yang dikuasai mitos-mitos. Sikap seseorang terhadap sesuatu menghasilkan mitos yang ada dalam dan perkenalan dengan sesuatu menghasilkan mitos baru berdasarkan mitos yang baru dapat berbeda dari sebelumnya dan tidak menutup kemungkinan menentang mitos yang ada. Adapun menurut Fry, via Esten dalam Lubis, 2011187, persoalan mitos tidak mempermasalahkan kebenarannya, tetapi hanyalah membantu menerangkan dan mengarahkan gambaran yang jelas dalam hal kepercayaan masyarakat, tatanan hukum dan keadilan sejarah, struktur dan sistem sosial, lingkungan, serta kenyataan dunia kosmos. Mitos menjadi bagian kebudayaan masyarakat yang tak dapat dipisahkan sebagai bagian yang mandiri. Mitos dipegang teguh oleh pemercayanya sebagai suatu keyakinan yang hakiki yang bermanfaat bagi kehidupan. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode metode deskriptif data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, kalima-kalimat, peristiwa-peristiwa, gambar, dan bukan berupa kualitatif akan menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan demikian, laporan penelitian akan berupa kutipan-kutipan data untuk 1. Ja nuari-Juni 2020 E_ISSN2339-2401/P_ISSN 2477-0221 21 Equilibrium Jurnal Pendidikan memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Teknik pengumpulan data adalah dokumentasi dari novel. Sementara teknik analisis data adalah mengidentifikasi data, mendeskripsikan data, membahas hasil penelitian dan menyimpulkan hasil. Indikator Kinerjanya berarti bahwa setiap gerak laku tokoh maupun setiap situasi melatarbelakangi berbagai peristiwa akan dipaparkan dan dianalisis dengan menggunakan kata-kata atau kalimat yang menggambarkan mitologis budaya dalam novel. Sumber data dalam penelitian ini adalah teks tertulis berbentuk novel berjudul Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari yang diterbitkan tahun 2011 di Jakarta, oleh penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. HASIL DAN PEMBAHASAN Sesuai dengan metode penelitian yaitu deskriptif dengan memanfaatkan format dokumentasi, maka hasil penelitian ini dipaparkan dalam bentuk tabel dokumentasi data penelitian sesuai masalah penelitian. Tabel dokumentasi ini berisi paparan data dari dua puluh enam topik yang terdapat dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk. Berikut hasil rekapitulasi penelitian. Tabel Rekapitulasi Hasil Penelitian Representasi Mitologis Budaya Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari Semua orang Dukuh Paruk tahu Ki Secamanggala, moyang mereka jadi musuh kehidupan masyarakat. Tetapi mereka memujannya. Kuburan Ki Secamangala menjadi kiblat kehidupan bathin mereka. Srintil mendendangkan lagu kebangsaan para ronggeng “senggot timbane, tiwas, ngegot ning ora sue”. Seorang ronggeng sejati tidak bisa menjadi ronggeng kecuali roh indang telah merasuk ke dalam tubuhnya. Indang adalah semacam wangsit yang di muliakan di dunia peronggengan. Saru hal yang di sembunyikan oleh Nyai Kartareja terhadap siapapun itu, ketika dia meniupkan mantra pekasih ke ubun-ubun Srintil. Mantra itu di percaya akan membuat siapa saja terlihat lebih cantik. Laki-laki itu mencoba menghubungkan bathinnya dengan ruh Ki Secamangala atau siapa saja yang menguasai alam Dukuh Paruk sarana yang di ajarkan adalah sebuah Tidung. Terutama pula kepada pemuda-pemuda yang memasukkan uang ke dada Srintil bila ronggeng itu menari Tole-Tole. Keris milik ayah tidak lebih dari 2 jengkal tangan ku, sarungnya berlapis kuningan , tangkainya terbuat dari kayu walikukum. Upacara pemandian seorang ronggeng adalah peristiwa yang penting bagi orang di pedukuhan itu, lagi pula amat jarang sekali Jauh-jauh hari kartareja sudah menentukan di mana syarat terakhir yang harus di penuhi oleh Srintil benama Malam Buka kelambu. Kartareja menentukan orang yang bisa melakukan malam buka kelambu adalah orang yang bisa 1. Ja nuari-Juni 2020 E_ISSN2339-2401/P_ISSN 2477-0221 22 Equilibrium Jurnal Pendidikan memberikan sekeping uang emas. Lagu yang menjadi terkenal di Dukuh paruk semenjak belasan anak kehilangan kedua orang tua aKibat racun tempe bongkrek aKibat 11 tahun yang lalu. Kartareja menyalahkan pendupaan, sebuah gayung dengan sebuah tangkainya yang tertanam di dalam tanah. Celana kolor bekas,kutang bekas, serta pakaian lainnya di lempar di atas genteng. Bagi orang dukuh paruk kehidupan tanpa calung dan tembang ronggeng berasa hambar, calung dan rongeng pula yang member kesempatan mereka bertayub dan minum ciu sepuas puasnnya. Aku tahu benar perkawinan di Dukuh Paruk bukan barang muluk, apalagi kudus, maka para perempuan tak perlu memujannya. Lintang Kemukus Dini Hari Telur ayam yang tertinggal dalam pertarangan karena tidak bisa menetas itu diam-diam ditanam disalah satu sudut kamar tidur Srintil. Lalu membacakan mantra pemutus asmara. Seperti sore hari yang panas orang-orang duwuan terpekur mendengarkan petikan kecapi Wirsiter. Ciplak membawakan asmara Dahana. Ki Secamenggala memberikan wasiatnya turun-temurun agar ronggeng dan calung menjadi bagian lestari pedukuhan kecil itu. Srintil suka menyanyikan lagu-lagu nina bobo untuk menidurkan Goder. Selagi indang masih tinggal dalam diri Srintil maka ia masih seorang ronggeng namun apabila indang tersebut tidak ada pada seorang penari ronggeng, maka ia tidak bisa di katakan sebagai ronggeng. Srintil seperti hendak menjadi temanten laik nya. Dia di pingit, badannya di lulur dan saat hendak tidur ia di suruh mengunyah 1 sampai 2 butir merica agar suaranya tetap lantang dan jernih. Tangan kanan nya menggenggam sebuah botol kecil sebesar kelinking. Apabila ibu jari nya menutup ke lobang botol maka Srintil tidak dapat bernapas akibat diberi jampi-jampi. Srintil diminta untuk menjadi seorang gowok di derah alaswangkal. Jumat kliwon mendatang kita akan membersihkan makam eyang Secamengala. Kita akan selamatan marabahaya yang mungKin menimpa kehidupan harus Kita tumbal. Gerimis jatuh sebelum matahari terbenam, udara lembab membawa bau tanah rumah yang terbakar Dukuh Paruk meringkuk, kecil dan hina. Bagi Dukuh Paruk itulah pertanda datangnya masa susah bagi Kuala alit. 1. Ja nuari-Juni 2020 E_ISSN2339-2401/P_ISSN 2477-0221 23 Equilibrium Jurnal Pendidikan Ketika gadis-gadis lain sudah berkenalan dengan buatan pabrik, perawan-perawan kecil dukuh Paruk tetap akrab dengan ilo-ilo, gontho, puput. Dan suara puput yang sampai ke telinganya bersama Kicau branjangan dan ciplak. Srintil menegakkan kepala, ia mendengar temabang seorang amatiran yang menirukan Putut Manggung. Berdasarkan data ujaran yang terdapat pada novel, terdapat nilai budaya yang menarik dicermati sebagai temuan dari setiap kata memiliki nilai budaya yang menonjol dan berkaitan dengan setiap babnya. Dari data tersebut penulis mengangkat 10 data yang akan diulas secara deskriptif dengan peristiwa-peristiwa yang mendeskripsikan nilai budaya. Berikut ini adalah deskripsi data penilaian tentang 10 ujaran pilihan penelitian yang diambil dari 26 topik pada novel Ronggeng Dukuh Paruk. 1. Ki Secamengela Ki Secamengela adalah seorang nenek moyang di Dukuh Ki Secamengela sengaja mencari daerah paling sunyi sebagai tempat menghabiskan riwayat keberandalannya. Di Dukuh Paruk inilah ia menitipkan darah dagingnya. Kuburan Ki Secamengela menjadi kiblat kehidupan kebathinan mereka. gumpalan abu kemenyan pada nisan kubur Ki secamengela membuktikan pola tingkah kebathinan orang Dukuh Paruk berpusat di sana. 2. Roh Indang Indang adalah semacam wangsit yang di muliakan di dunia peronggengan bagi seseorang yang memiliki roh indang atau kemasukan roh indang ia akan di nobatkan menjadi seorang ronggeng. Srintil seorang anak kecil yang berusia 11 tahun kemasuan roh indang padahal sama sekali Srintil tidak pernah melihat, mengetahui, mengenal apalagi menari. Karena ia kemasukan roh indang ia dapat melakukan ronggeng dengan sanggat baik. 3. Upacara pemandian Calon ronggeng Seorang calon ronggeng ketika ia ingin menjadi ronggeng sejati ia harus melakukan pemandian untuk calon ronggeng kemudian di bacakan mantra yang ditiupkan ke ubun-ubun. Kemudian tubuhnya di guyur air kembang gayung demi di mandikan rambut srintil di sanggul. Kemudian ronggeng itu dituntun ke depan pintu Cangkuk atau kuburan Ki Secamengela, dan kemudian ia menyembah dengan taqzim, lalu bangkit dan berjalan ke hadapan lingkaran para penabuh. 4. Malam Bukak Kelambu Malam bukak kelambu ini adalah persyaratan kedua yang harus dipenuhi seorang calon bukak kelambu adalah malam dimana seorang calon ronggeng menyerahkan keperawananya kepada setiap laki-laki yang mampu memenuhi persyaratan yang telah cerita dalam Ronggeng Dukuh Paruk ini persyaratannya adalah menyerahkan sekeping uang ini bisa diikuti oleh siapa saja mulai dari anak remaja, dewasa, dan bahkan yang sudah seorang istri yang suaminya bisa melakukan malam buka kelambu dengan seorang ronggeng dianggap sebagai suatu kehormatan dan memiliki kekuasaan. 5. Mantra Pemutus Asmara Mantra pemutus asmara adalah susunan kata-kata yang menyalurkan sugesti dan kekuatan alam melalui jalur nonfisika dan bebas dari hukum-hukum tentang energi maupun mekanika yang biasa. Kekuatan itu tidak terelakkan kecuali oleh kekuatan lain yang segaris namun berlawanan arah. Dan mantra yang dipasang oleh Nyai Kartareja secara tak sengaja telah mendapatkan tandingannya. 1. Ja nuari-Juni 2020 E_ISSN2339-2401/P_ISSN 2477-0221 24 Equilibrium Jurnal Pendidikan 6. Srintil Menjadi Sosok Gowok Dalam novel ini juga menceritakan tentang sosok adalah seorang perempuan yang disewa oleh seorang ayah bagi anak laki-lakinya yang sudah beranjak dewasa dan menjelang menikah. Seorang gowok akan memberikan pelajaran kepada anak laki-laki itu banyak hal perikehidupan berumah tangga. Dari keperluan dapur dan memperlakukan istri dengan menjadi gowok mereka harus tinggal bersama dan hanya berdua saja dan masa pergowokan biasanya berlangsung hanya beberapa hari. 7. Mantra Pekasih Dalam novel ini juga menceritakan tentang Mantra Pekasih ini adalah mantra yang yang digunakan oleh Nyai Kartereja kepada Srintil saat ia akan melakukan tarian ronggeng. Dimana mantra pekasih ini dikenal mampu membuat orang yang telah dibacakan mantra ini akan terlihat lebih cantik dari yang sebenarnya. Mantra ini biasanya dibacakan kepada seseorang lalu ditiup di ubun-ubun seseorang tersebut. 8. Mantra Menghubungkan Batin dan Ruh Ki Secamengela Orang-orang di Dukuh paruk saat merasakan kesedihan yang amat terdalam biasanya mendatangi atau mengunjungi pekuburan di Dukuh saat sampai di perkuburan tersebut seseorang tersebut mulai mencoba menghubungkan batinnya dengan ruh Ki Secamengela atau siapa saja yang menguasai alam Dukuh yang diajarkan oleh nenek moyang mereka adalah sebuah Kidung yang dinyanyikan dengan segenap perasaannya. 9. Ritual Penangkal Hujan Ritual penangkal hujan adalah salah satu ritual yang bisa digunakan oleh Dukuh Paruk. Dimana ritual ini dipercaya dapat menghentikan hujan atau menangkal agar tidak akan turunnya hujan. Ritual ini lakukan oleh Nyai Kartareja ketika selesai mendandani menyalakan pedupaan, yang diletakkan di sudut gayung dengan tangkainya yang tertanam di dalam kolor bekas, kutang bekas, serta pakaian dalam lainnya dilemparkan di atas itu Nyai kartareja berdiri ditengah halaman dengan wajah menatap langit. 10. Kutut Manggung Kutut Manggung adalah penghayatan atas naluri keprimitifan berahi dalam tertib nilai tertentu sehingga terjadi beda antara berahi manusia dan berahi muyuk. Dia bertanggung jawab dan memiliki arah yang pasti, yakni garis penghubung antara manusia dan selera pemguasa manggung juga bisa dikatakan sebagai peluKisan hasrat perhubungan ragawi antara laki-laki dengan perempuan dalam wawasan tertib kosmik; bahwa motivasi perhubungan ragawi itu adalah upaya mencapai tata-raharjaning bangsa manusia, yakni keseleraan hidupnnya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, representasi mitologis budaya dalam novel ini mendeskripsikan bahwa banyak terdapat unsur mitos budaya pada novel Ronggeng Dukuh Paruk ini. Penyampaian cerita juga dapat dipahami dari jalan cerita dan dialog antar tokoh dan kebanyakan menceritakan tentang nilai budaya yang telah diceritakan dalam novel karya Ahmad Tohari ini. Teori budaya sangat tepat diterapkan pada penelitian novel Ronggeng Dukuh dalam novel ini berhubungan sangat erat dengan nilai budaya suatu tidak ada yang mau mendalami nilai-nilai budaya bangsa kita sendiri, maka lunturlah nilai budaya yang telah diajarkan nenek moyang yang ingin disampaikan pengaraang kepada pembaca adalah agar kita semua mau dan mampu melihat seseorang itu tidak hanya dari luarnya saja melainkan juga dari agar Kita mau berpikir mengenai tragedi-tragedi kemanusiaan yang terjadi di sekeliling kita. Jangan gampang terpengaruh dengan keadaan duniawi karena suatu saat penyesalan akan datang dalam hidupmu. 1. Ja nuari-Juni 2020 E_ISSN2339-2401/P_ISSN 2477-0221 25 Equilibrium Jurnal Pendidikan KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan dari novel berjudul Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari sangat berkaitan erat dengan nilai-nilai budaya karena di dalam novel ini ceritannya berkaitan dengan kepercayaan-kepercayaan dengan adanya ronggeng di pedukuhan tersebut. Tokoh-tokoh di dalam novel tersebut sangat menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang telah diajarkan oleh nenek moyang mereka terdahulu. dari awal novel ini banyak terdapat nilai-nilai budaya yang telah di ajarkan oleh nenek moyang mereka tentang kepercayaan bahwa menjadi ronggeng itu adalah suatu hal yang penting dan untuk menjadi seorang ronggeng haruslah memiliki syarat seperti upacara pemandian yang secara turun temurun di lakukan di depan cungkuk making Ki Secamengela dan malam buka kelambu. Selain itu, banyak terdapat mantra-mantra seperti mantra pekasih dan pemutus kasih sebagai bagian representasi unsur budaya aspek sastra lisan. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman. 2011. Nilai-nilai Budaya dalam Kaba Minangkabau. Padang UNP Press. Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Puisi. Bandung Sinar Baru Algensindo. Aminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung. Sinar Baru Algesindo. Anwar, Ahyar. 2015. Teori Sosial Sastra. Yogyakarta Ombak. Endraswara, Suwardi. 2013. Sosiologi Sastra. Yogyakarta Ombak. Ismawati, Esti. 2005. Pengajaran Sastra. Yogayakarta Ombak. Manusia dan Djambatan. Lubis, Bustanuddin. 2011. Mitologi NusantaraPenerapan Teori Mitologi Nusantara. Bengkulu Quiksi. Nurgiyantoro, Teori Perkajian Fiksi. Yogyakarta Gadjah Mada University Press. Nurpiasah, Martono, dan Sesilia Selli. 2014. Nilai Budaya Jawa dalam Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, Vol 3 No 2. Poedjawijatna, Manusia dan Alamnya. Jakarta Bina Aksara. Rumadi, Hadi dan Syafrial. Prosa Fiksi. Pekanbaru Alaf Riau. Sehandi, Yohanes. 2016. Mengenal 25 Teori Sastra. Yogyakarta Ombak. Waluyo, Herman J. 2017. Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Yogyakarta Ombak. Yulianetta. 2014. Representasi Ronggeng dalam Tiga Novel Indonesia. Jurnal Bahasa dan Sastra Vol 14 No 1 tahun 2014. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Apresiasi Karya SastraAminuddinAminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung. Sinar Baru Sastra. Yogyakarta OmbakSuwardi EndraswaraEndraswara, Suwardi. 2013. Sosiologi Sastra. Yogyakarta Sastra. Yogayakarta Ombak. KoenjaraningratEsti IsmawatiIsmawati, Esti. 2005. Pengajaran Sastra. Yogayakarta Ombak. Manusia dan NusantaraPenerapan Teori Mitologi NusantaraBustanuddin LubisLubis, Bustanuddin. 2011. Mitologi NusantaraPenerapan Teori Mitologi Nusantara. Bengkulu NurgiyantoroNurgiyantoro, Teori Perkajian Fiksi. Yogyakarta Gadjah Mada University Press. Nurpiasah, Martono, dan Sesilia Selli. 2014. Nilai Budaya Jawa dalam Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, Vol 3 No 2. Poedjawijatna, Manusia dan Alamnya. Jakarta Bina SehandiSehandi, Yohanes. 2016. Mengenal 25 Teori Sastra. Yogyakarta dan Apresiasi Prosa FiksiHerman J WaluyoWaluyo, Herman J. 2017. Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Yogyakarta Ronggeng dalam Tiga Novel IndonesiaYulianettaYulianetta. 2014. Representasi Ronggeng dalam Tiga Novel Indonesia. Jurnal Bahasa dan Sastra Vol 14 No 1 tahun 2014.
0% found this document useful 0 votes9K views20 pagesOriginal TitleANALISIS STRUKTUR DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes9K views20 pagesAnalisis Struktur Dalam Novel Ronggeng Dukuh ParukOriginal TitleANALISIS STRUKTUR DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH to Page You are on page 1of 20 You're Reading a Free Preview Pages 8 to 18 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Unsur intrinsik ronggeng dukuh paruk. Unsur intrinsik adalah sebuah unsur utama yang membangun utuhnya sebuah novel diantaranya yang terdiri dari tema, alur, latar, tokoh, penokohan, sudut pandang, gaya cerita, dan setiap karya tulis atu buku tulisan sastra seperti novel pasti ada unsur intrinsik dan ekstrinsik yang terkandung di dalamnya yang di tulis oleh pengarangnya. Misalnya Novel Ronggeng Dukuh Paruk yang memiliki cerita Dukuh Paruk merupakan novel karya Ahmad Tohari yang berbentuk novel trilogi ronggeng dukuh paruk yang sangat menarik dan terkenal sampai saat ini. Baca Juga Sinopsis novel ronggeng dukuh parukUntuk itu disini gue akan memberikan unsur intrinsik novel ronggeng dukuh paruk karya Ahmad itu langsung saja berikut ini unsur intrinsik dari Novel Ronggeng Dukuh ParukUnsur Intrinsik Novel Ronggeng Dukuh Paruk1. Tema Novel Ronggeng Dukuh ParukTema yang menonjol dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk yaitu bertemakan cinta, budaya, dan adat istiadat. Di mana novel Ronggeng Dukuh Paruk menceritakan tentang adat istiadat dan kebudayaan dari sebuah dukuh yang ada di Banyumas yang bernama Dukuh Paruk yang kondang dengan ronggengnya. Di dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk juga diselipkan kisah cinta asmara sang ronggeng Srintil yang merupakan tokoh utama dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk yang menjalin kisah cinta dengan pemuda bernama Alur Novel Ronggeng Dukuh ParukAlur dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk menggunakan alur maju tetapi kadang-kadang disertai flashback yang menceritakan kisah masa lalu, seperti yang menceritakan tentang malapetakan tempe bongkrek sebelas tahun yang Tokoh dan Penokohan Novel Ronggeng Dukuh Paruka. SrintilSrintil kecil - Centil“Ya, benar. Engkau sangat cantik sekali sekarang.” ujar Warta. “Seperti seorang ronggeng?” tanya Srintil lagi. Gayanya dewasa- Pemilih“Aku benci, benci. Lebih baik ku berikan padamu. Rasus, sekarang kamu tak boleh menolak seperti kamu lakukan tadi siang. Disini bukan perkuburan. Kita takkan kena kutuk. Kau mau, bukan?”- Penyayang"Terbukti dari kasih sayang Srintil kepada Goder, anak Tampi yang ia angkat menjadi anak nya"“Keluar dari rumah orang tua aku nya Srintil merasakan suatu hal yang baru; begitu dekat dengan dirinya sendiri. Aku nya sepenuhnya dalam genggaman nya. Aku nya yang terdiri atas dirinya sendiri & seorang bayi dalam pelukan. Hangat tubuh Goder yg melekat didadanya menjadi kehangatan pertama bagi sebuah semangat baru yangg mulai melembaga dlm jiwa Srintil”- Suka menolongDengan kesediaan Srintil menjadi gowok untuk Waras, agar jiwa kelelakiannya Waras muncul. “Nyai, sekarang ajari aku bagaimana menjadi gowok. Ajari aku!”.-Mudah PercayaSrintil percaya jika Pak Bajus, menyukainya dan ingin menjadikan Srintil sebagai istrinya Pak Bajus. Namun dugaan Srintil salah, karena Pak Bajus mendekati Srintil hanya ingin menjualnya kepada Pak Blegur.“Anu, Srin. Kamu sudah kuperkenalkan kepada Pak Blegur. Percayalah, dia orangnya baik. Aku yakin bila kamu minta apa-apa kepadanya, beberapa pun harganya , akan dia kabulkan. Nanti dia akan bermalam di sini. Temanilah dia. Temailah dia, Srin.”b. RasusRasus kecil-Tidak sabaran“Sudah-sudah. Kalian tolol,” ujar Rasus tak sabar. “-Cerdik “Kita kencingi beramai-ramai pangkal batang singkong ini. Kalau gagal juga, sungguh bajingan.”-Emosional“Kartareja memang bajingan. Bajindul buntung,” jawabku, mengumpat dukun ronggeng dewasa-Pendendam“Memang Dukuh Paruk memberi kesempatan kepada ku mengisi bagian hati yangg kosong dengan seorang perawan kecil bernama Srintil. Tidak lama, karena sejak peristiwa malam bukak klambu Srintil di seret keluar dari dalam hati ku. Dukuh Paruk bertindak semena-mena kepadaku. Aku bersumpah takkan memaafkan nya”Pemberani“Mengecewakan. Kopral Pujo tidak lebih berani daripadaku. Pada saat itu dia tidak bisa mengambil keputusan. Jadi akulah yang mengambil prakarsa.”c. Warta teman rasus kecil-Pamrih“Ya, kita berhenti dulu. Kita hanya akan bermain lagi kalau Srintil berjanji memberi kami upah”d. Darsun teman rasus kecil-Suka meremehkan“air?” ejek Darsun, anak ketiga. “Di mana kau dapat menemukan air?”e. Sakaraja Kakek Srintil dan Nyi Sakaraja Nenek Srintil- Penyayang“Akan kukatakan Srintil tinggal dirumah Kartareja, tiga rumah ke timur dari sini. Tapi jangan kalian apa-apakan dia. Sungguh. Srintil cucu tunggal kami. Ambil hartanya, tapi jangan cederai dia.”f. Kartareja Dukun Ronggeng- Licik“Jangan keliru! Yang asli buat Sulam. Lainnya buat Dower.” Kata Kartareja. Istrinya tersenyum. Walaupun tidak selicik Kartareja, tetapi perempuan itu sudah dapat menduga ke mana maksud tindakan Nyi Kartareja-LicikDengan membantu kelicikan sang suami.“Suami-istri Kartareja masuk ke bilik mereka sendiri. Di sana pasangan tua itu bergurau. Sebuah ringgit emas, 2 rupiah perak, dan seekor kerbau sudah hampir dingan”h. Sakum Penabuh calung yang buta- Hebat“Sakum, dengan mata buta mampu mengikuti secara saksama pertunjukan ronggeng. Seperti seorang awas, Sakum dapat mengeluarkan seruan cabul tepat saat ronggeng menggerakkan pinggul ke depan dan ke belakang”i. Santayib ayah Srintil- Tidak bertanggung jawab dan tidak ingin disalahkan“Bajingan! Kalian semua bajingan tengik! Betapa pun bongkrekku tak bersangkut-paut dengan malapetaka ini. Lihat! Akan kutelan bongkrek ini banyak-banyak. Kalau ini benar ada racunnya, pasti aku akan segera sekarat”j. Istri Santayib Ibu Srintil- SetiaDengan ikut memakan tempe bongkrek beracun, seperti suaminya.“Dia menoleh istri nya yang semula berdiri di sampingnya, ikut mengunyah bongkrek”k. Dower- GigihSambil mengusap wajahnya yang berkeringat, Dower membuka pembicaraan. “Aku datang lagi kek. Meski bukan sekeping ringgit emas yang ku bawa, ku harap engkau mau menerimanya”l. Sulam- Perasa“Sebuah pertanyaan yang menghina, kecuali engkau belum mengenaliku. Tentu saja aku membawa ringgit emas itu. Bukan rupiah perak, apa lagi se ekor kerbau seperti anak pecikalan ini” Ujar sulam sambil melirik ke arah Sersan Slamet- Baik hati & tidak memandang rendah orang lain“Siapa saja yang punyai cukup tenaga serta kejujuran, dapat melaksanakan tugas sebagai tobang. Tentang tenaga, aku sudah merasa pasti engkau memiliki dengan cukup. Kejujuranmu sudah terpancar dari wajah dan sinar mata mu sendiri. Jadi aku merasa pasti pula kau mampu menjadi seorang tobang”n. Kopral Pujo- Penakut“Seharusnya begitu tetapi jangan gila. Hanya ada sepucuk senjata pada kita. Pada mereka ada lima” ujar Koral Pujo saat melihat para perampok. “Jadi bagaimana? keputusan harus segera kita ambil.” ucap Rasus. “Nanti dulu. Aku mau kencing” jawab Kopral Waras- Seperti anak kecil“Kalau begitu dimana Emak tidur? Dipan itu tidak muat untuk tidur bertiga. Eh, tetapi kita bisa menggelar tikar di lantai. Kita tidur bertiga. Aku ditengah. Emak dan kamu dipinggir. Wah, hebat, kan?”p. Sentika Ayah Waras- Penyayang“Dan tayuban itu khusus bagi si Waras, anak ku yang lelaki satu-satunya itu”q. Nyi Sentika Ibu Waras-Penyayang“Nyai Sentika memeluk dan mengelus Srintil dengan rasa sayang melebihi rasa terhadap anak kandungnya”r. Pak Bakar- Jahat“Ah, tidak sejauh itu. Biarkan papan itu terpasang di sana. Aku takkan mengambilnya. Siapa pun tidak boleh menyingkirkannya. Siapa yang berbuat begitu pasti akan menghadapi kemarahan pemuda-pemuda ku. Nah, kalian tidak ingin melihat kerusakan, bukan?”s. Marsusi- Pendendam“Tentu saja aku ingin membalasnya, bahkan melenyapkannya. Aku tahu betul Srintil menerima semua laki-laki yang datang sebelum diriku demi uang yang tak seberapa atau demi satu dua gram emas. Tetapi dia menampikku, padahal seratus gram kalung emas berbandul berlian yang ku sodorkan kepadanya. Mau disebut apalagi kalau bukan penghinaan yang sebesar-besarnya”- Licik“Di belokkannya motornya ke kiri, masuk ke jalan kecil yang menuju daerah perkebunan karet Wanakeling. Ketika barang yang sangat di inginkannya sudah berada di tangan, mengapa tidak langsung membawanya pulang ke rumah” t. Pak Bajus Orang proyek dari Jakarta- Licik, pembohong, dan penipuPak Bajus awalnya mendekati Srintil hingga Srintil dan orang orang percaya bahwa pak Bajus orang yang baik dan ingin menjadikan Srintil sebagai istrinya. Namun semua itu hanya tipuan semata.“Anu, Srin. Kamu sudah kuperkenalkan kepada Pak Blegur. Percayalah, dia orangnya baik. Aku yakin bila kamu minta apa-apa kepadanya, beberapa pun harganya , akan dia kabulkan. Nanti dia akan bermalam di sini. Temanilah dia. Temailah dia, Srin”u. Pak Blegur Atasan Pak Bajus- Baik“Ya, berilah dia kesempatan mencapai keinginannya menjadi seorang ibu rumah tangga. Masih banyak perempuan lain yang dengan sukarela menjadi objek petualangan. Jumlah mereka tak akan berkurang sekali pun Srintil mengundurkan diri dari dunia lamanya”- Tidak tegaan“Memang kamu tahu siapa aku. Aku yang senang bertulang. Tetapi entahlah, aku tidak tega memakai Srintil”Baca Juga Analisis novel ronggeng dukuh paruk4. Setting Novel Ronggeng Dukuh Paruka. Latar Tempat Novel Ronggeng Dukuh ParukDukuh Paruk“Dengan daerah pemukiman terdekat, Dukuh Paruk hanya dihubungkan oleh jaringan pematang sawah, hampir dua kilometer pajangnya. Dukuh paruk, kecil dan menyendiri. Dukuh paruk yang menciptakan kehidupannya sendiri”Di tepi kampung“Di tepi kampung, tiga anak laki-laki sedang bersusah payah mencabut sebatang singkong”Makam“Tengah malam Sakarya keluar menuju makam Ki Secamenggala. Laki-laki itu menangis seorang diri disana”Rumah Kartareja“Aku sendiri hanya maju beberapa langkah dan berteduh di emperan rumah Kartareja”Desa Dawuan“Dawuan, tempatku menyingkir dari Dukuh Paruk, terletak di sebelah kota kecamatan”Pasar Dawuan“Di pasar Dawuan pula suatu kali aku dapat melihat Srintil yang datang berbelanja dengan Nyai Kartareja”Rumah Batu / Markas tentra“Pekerjaan ku mulai. Peti-peti logam serta barang berat lainnya kuangkat di atas pundak dan kubawa ke sebuah rumah batu yang ternyata telah dipersiapkan sebagai markas tentara”Rumah nenek Rasun“Selagi orang-orang Dukuh Paruk mengerumuni rumah Kartareja, aku duduk berdekatan dengan Srintil di beranda rumah nenekku sendiri”Warung lontong“Perempuan-perempuan itu memperhatikan Srintil memasuki warung penjual lontong. Di sana Srintil duduk satu lincak bersama perempuan pemilik warung”Lapangan Kecamatan Dawuan“Perayaan Agustussan tahun 1963 itu dimulai dengan upacara pagi hari di lapangan kecamatan Dawuan”Alaswangsal“Hampir tengah hari ketika rombongan dari dukuh paruk memasuki kampung Alas wangsal”Kantor polisi“Sampai di depan kantor yang di tuju Kartareja berhenti termangu. Jelas sekali keraguannya. Tapi Srintil terus melangkah”b. Latar Waktu Novel Ronggeng Dukuh ParukMusim Kemarau”Namun kemarau belum usai. Ribuan hektar sawah yang mengelilingi Dukuh Paruk telah tujuh bulan kerontang”Sebelas tahun silam“Sebelas tahun yang lalu ketika Srintil masih bayi. Dukuh Paruk yang kecil basah kuyup tersiram hujan lebat” Agustus Tahun 1963“Perayaan Agustussan tahun 1963 itu dimulai dengan upacara pagi hari di lapangan kecamatan Dawuan”Tahun 1964“Tetapi pada tahun 1964 itu, ketika paceklik merajalela di mana-mana, ronggeng Dukuh Paruk malah sering naik pentas”Februari Tahun 1966“Tengah malam Februari 1966 di sebuah kota kecil di sudut tenggara Jawa Tengah. Kegelapan yang mencekam telah berlangsung setengah tahun lamanya”Tahun 1970“Memasuki tahun 1970 kehidupan di wilayah Kecamatan Dawuan berubah gemuruh oleh deru truk-truk besar berwarna kuning serta buldoser dari berbagai jenis dan ukuran”c. Latar Suasana Novel Ronggeng Dukuh ParukHaru“Seorang perempuan mengisak. Rasa harunya setelah melihat Srintil menari menyebabkan air matanya menetes”Tegang“Kang, orang-orang itu geger. Banyak tetangga yang sakit dan pingsan. Ini bagaimana, Kang?”Sedih“Laki-laki itu menangis seorang diri di sana. Dalam kesedihan nya yang amat sangat, Sakarya mengadukan malapetaka yang terjadi kepada moyang orang Dukuh Paruk”Tegang dan mencekam“Irama calung kembali menggema. Tetapi suasana jadi mencekam. Semua orang percaya akan kata Sakarya bahwa Kartareja sedang di rasuki arwah leluhur. Maka mereka mundur dalam suasana tegang”Kecewa“Dalam wawasan ini, Srintil tidak bisa melihat beda antara dua wajah laki-laki itu. Semuanya mengecewakanya, semua merangsang Srintil membuat suatu perhitungan”5. Sudut Pandang Novel Ronggeng Dukuh Paruka. Bagian I Catatan Buat EmakSudut Pandang Orang PertamaNovel Ronggeng Dukuh Paruk bagian 1 menggunakan sudut pandang orang pertama, karena menggunakan kata “Aku”, yang di mana tokoh “Aku” adalah Rasus.“Aku sendiri, kata nenek, selamat secara kebetulan”b. Bagian II Lintang Kemukus DinihariSudut Pandang Orang KetigaNovel Ronggeng Dukuh Paruk bagian 2 menggunakan sudut pandang orang ketiga, karena menggunakan kata “Dia, -nya, dan penyebutan nama tokoh”“Srintil cepat bangkit dan menoleh ke belakang. Didapatinya dirinya tak berteman di dalam bilik yang lenggang itu. Mula-mula ia menduga, atau berharap, rasus masih berada di sekitar rumah, sedang berhajat di belakang misalnya”c. Bagian III Jentera BianglalaSudut Pandang Orang KetigaNovel Ronggeng Dukuh Paruk bagian 3 menggunakan sudut pandang orang ketiga, karena menggunakan kata “Dia, -nya, dan penyebutan nama tokoh”“Dan Rasus yang dikawal Sersan Pujo mengayunkan langkah pertama menginjakkan kaki diatas tanah kelahirannya”6. Gaya Bahasa Novel Ronggeng Dukuh ParukDi dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk ini ada beberapa yang menggunakan bahasa Jawa dan mantra-mantra jawa yang tidak ada terjemahannya. Seperti kata-kata Niyatingsun matak aji pamurung, Hadi aing tampean aing cikaruntung nantung, Ditaburan boeh sna, manci rasa marang, Srintil marang Rasus, Kene wurung kana wurung, pes mimpes dening, Eyang Secamenggala7. Amanat Novel Ronggeng Dukuh ParukDi dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk pengarang ingin menyampaikan bahwa jangan melihat orang dengan sebelah mata, namun lihat orang dari dalamnya. Juga jangan mudah dibodohi dan terhasut orang lain. Untuk itu ikutilah perkembangan jaman agar tidak mudah dibodohi oleh orang itulah unsur intrinsik singkat novel Ronggeng Dukuh Paruk yang mungkin bisa membantu kalian untuk menanbah pengetahuan atau mengerjakan tugas untuk menjawab pertanyaan yang di berikan oleh novel ronggeng dukuh paruk untuk mengetahui kisah lengkapnya yang memiliki cerita yang menarik dan patut di ikuti. Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari juga sudah di adaptasi menjadi film yang berjudul Sang cintaningmega blogspotBaca Juga Unsur Intrinsik Novel Layar terkembang karya Sutan Takdir AlisjahbanaMakalah Tentanag Segitiga BermudaUnsur Ekstrinsik Novel Ronggeng Dukuh Paruk
struktur novel ronggeng dukuh paruk